Rabu, 26 Oktober 2016

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PEMISAHAN CAMPURAN (FILTRASI DAN SUBLIMASI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PEMISAHAN CAMPURAN
(FILTRASI DAN SUBLIMASI)
Dosen Pengampu: Dr. Kartimi, M. Pd.

Logo IAIN CIREBON
 






Oleh:
                                      Nama                            : Atiah Nur Hasanah
                                      Nim                               : 1413163054
                                      Kelas                             : Biologi C
                                      Kelompok                     : 6
                                      Asisten Praktikum        : Diana Yulianti
                                                                              Rina Rahmawati

LABORATORIUM IPA BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013
PEMISAHAN CAMPURAN
(FILTRASI DAN SUBLIMASI)

A.    Tujuan Praktikum
1.      Memisahkan campuran yang terdapat dalam minuman fanta grape.
2.      Melakukan pemurnian naftalen.

B.     Dasar Teori
Proses pemisahan dan pemurnian suatu zat dari zat lain yang tidak diinginkan, merupakan proses yang sangat penting pada pembuatan suatu senyawa. Ada berbagai macam cara pemisahan dan pemurnian suatu zat dari campurannya secara fisik antara lain: Pemisahan cair-cair dapat dilakukan dengan cara destilasi, ekstraksi dan koagulasi. Pemisahan padat-cair dapat dilakukan dengan cara dekantasi, filtrasi, adsorpsi dan destilasi. (Kartimi, 2013)
Campuran adalah materi yang terdiri atas dua macam zat atau lebih dan masih memiliki sifat-sifat zat asalnya. Jika kita mencampur minyak dengan air, terlihat ada batas di antara kedua cairan tersebut. Jika kita mencampur dengan alkohol, batas antara keduanya tidak terlihat. Minyak dan air membentuk campuran heterogen.
Campuran heterogen adalah campuran yang tidak serbasama, membentuk dua fasa atau lebih, dan terdapat batas yang jelas di antara fasa-fasa tersebut. Alkohol dan air membentuk campuran homogen. Campuran homogen adalah campuran yang serba sama di seluruh bagiannya dan membentuk satu fasa. (Yusuf, 2011)
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau skelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel (analisis laboratorium).
Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu metode pemisahan sederhana dan metode pemisahan kompleks.
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarut. Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan atau berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa yang tertinggal dipenyaring disebut residu (ampas). (Yusuf, 2011)
Dekantasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan cara dituang secara langsung. Dekantasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat atau zat cair dengan zat cair yang tidak saling campur (suspensi). Contoh: Pemisahan campuran air dan pasir. (Yusuf, 2011)
Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda. Dasar pemisahan adalah titik didih yang berbeda. Bahan yang dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan atau cair, tahan terhadap pemanasan, dan perbedaan titik didihnya tidak terlalu dekat. Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu. Contoh destilasi adalah proses penyulingan minyak bumi, pembuatan minyak kayu putih, dan memurnikan air minum. (Yusuf, 2011)
Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik atau organisme. (Yusuf, 2011)
Metode ekstraksi pelarut didasarkan pada perbedaan kelarutan komponen campuran pada pelarut tertentu dimana kedua pelarut tidak saling melarutkan. (Yusuf, 2011)
Pemanasan yang dilakukan terhadap senyawa organik akan menyebabkan terjadinya perubahan fasa, salah satunya antara lain apabila zat pada temperatur kamar berada dalam keadaan padat, pada temperaturtertentu akan langsung berubah menjadi fasa gas tanpa melalui fasa cair terlebih dahulu disebut sublimasi. (Kimiamagic, 2010)
Sublimasi adalah proses perubahan zat dari fasa padat menjadi uap dan uap dikondensasi langsung menjadi padat tanpa melalui fasa cair. (Kimiamagic, 2010)

C.     Alat dan Bahan
Filtrasi
1.      Alat filtrasi
a.       Gelas kimia 2 buah                                    e. kaki tiga 1 buah
b.      Pemanas spirtus 1 buah                             f. corong kaca 1 buah
c.       Kertas saring 1 lembar                              g. spatula 1 buah
d.      Kassa 1 buah
2.      Bahan filtrasi
a.       Tablet norit (karbon aktif) 2 buah
b.      Air mineral
Sublimasi
1.      Alat sublimasi
a.       Gelas kimia 2 buah                                    e. kaca arloji 1 buah
b.      Pemanas spirtus 1 buah                             f. spatula 1 buah
c.       Kassa 1 buah                                            
d.      Kaki tiga 1 buah
2.      Bahan sublimasi
a.       Naftalena 2 buah

D.    Prosedur Kerja
Filtrasi
1.      Dua tablet norit dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah diisi fanta grape sebanyak 25 ml.
2.      Kemudian dipanaskan dan diaduk sampai campuran norit larut sempurna.
3.      Diamkan sampai terbentuk endapan kemudian disaring dengan corong yang telah dilapisi dengan kertas saring.
4.      Diamati dan dicatat perubahannya.
Sublimasi
1.      Naftalen kotor (naftalen+pasir) yang telah dihaluskan sebanyak satu spatula dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml.
2.      Gelas kimia ditutup dengan kaca arloji.
3.      Es batu diletakkan di atas kaca arloji.
4.      Gelas kimia dipanaskan perlahan menggunakan hotplate atau pembakar spirtus. Kemudian naftalen akan menguap dan membentuk Kristal di bagian bawah kaca arloji.
5.      Setelah dipanaskan, Kristal yang terbentuk dikumpulkan dan diamati perbedaan naftalen sebelum dan sesudah sublimasi ini.

E.     Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan Filtrasi
Warna filtrate pada norit
Sebelum disaring
Sesudah disaring
Sebelum dipanaskan:
Banyak gelembung, warna kuning kehitaman, tablet norit langsung larut.
Warna air menjadi jernih (abu-abu bening), terdapat endapan hitam.
Sesudah dipanaskan:
Warna hijau kehitaman menjadi hitam pekat.
Tidak ada gelembung.

Tabel pengamatan Sublimasi
Sebelum sublimasi
Setelah sublimasi
Warna kristal
Bentuk kristal
Warna kristal
Bentuk kristal
Putih
Serbuk
Bening
Padatan
Naftalen+pasir jadi kotor
Naftalena menempel pada tanah
Naftalena berubah menjadi gas dan dari gad menjadi padat dan menempel pada kaca arloji bagian bawah.
Seperti kepingan Kristal.

F.      Pembahasan
Berdasarkan praktikum filtrasi yang telah saya lakukan menggunakan sampel tablet norit yang dilarutkan ke dalam 25 ml fanta grape. Kemudian dipanaskan sambil diaduk sehingga campuran tersebut merata. Setelah merata kemudian diangkat dan didiamkan agar mengendap lalu disaring, zat pengotor akan tertahan di kertas saring. Dan yang lolos dalam penyaringan adalah zat yang bening dan jernih berwarna abu-abu bening tanpa endapan.
Berdasarkan praktikum sublimasi yang telah saya lakukan menggunakan naftalen kotor (naftalen+pasir), dan ditambahkan air diaduk di atasnya ditutup dengan kaca arloji yang diberi es batu lalu dipanaskan di hotplate dengan suhu 95°C. Setelah beberapa menit kemudian naftalen tersebut menguap (dari air ke gas) mengeluarkan asap dan naftalen tidak lagi menyatu dengan pasir bahkan naftalen berhamburan ke atas membentuk Kristal (dari gas menjadi padatan), sedangkan es batu yang di atas mencair berangsur-angsur hingga menjadi air kembali.
Hal ini sesuai dengan teori proses sublimasi yaitu proses perubahan zat dari fasa padat menjadi uap dan uap dikondensasi langsung menjadi padat tanpa melalui fasa cair. (Kimiamagic, 2010)

G.    Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah saya lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pada pemisahan campuran dalam minuman fanta grape setelah disaring hasilnya bening tanpa endapan. Larutan berwarna abu-abu bening.
2.      Pada pemurnian naftalen akan terbentuk kepingan-kepingan Kristal di bawah kaca arloji tersebut, dan terbentuk padatan yang keras di dalam gelas kimia tersebut.










Daftar Pustaka

(Kimiamagic, 2010). Sublimasi. Kimiamagic.blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 November 2013, 02.34 PM.
Dr. Kartimi, M.Pd, dkk. 2013. Buku Panduan Kimia Dasar, Biologi Umum dan Fisika Dasar. Cirebon: Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon.
Yusuf, 2011.  Praktikum Pemisahan Campuran. Chemist-polban.blogspot.com.  Diakses pada tanggal 20 November 2013, 02.44 PM.


laporan praktikum mengidentifikasi perubahan kimia

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
MENGIDENTIFIKASI PERUBAHAN KIMIA
Dosen Pengampu: Dr. Kartimi, M. Pd.
Logo IAIN CIREBON
 





Oleh:
                                      Nama                            : Atiah Nur Hasanah
                                      Nim                               : 1413163054
                                      Kelas                             : Biologi C
                                      Kelompok                     : 6
                                      Asisten Praktikum        : Diana Yulianti
                                                                              Rina Rahmawati

LABORATORIUM IPA BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013

“MENGIDENTIFIKASI PERUBAHAN KIMIA”

A.    Tujuan Praktikum
1.      Mengidentifikasi adanya karat pada paku dan factor-faktor yang mempengaruhinya.
2.      Mengidentifikasi timbulnya gas akibat perubahan kimia.

B.     Dasar Teori
Sifat benda dapat dibedakan menjadi sifat fisik dan sifat kimia. Sifat fisik adalah sifat yang bisa diamati tanpa merubah identitas zat, sedangkan sifat kimia adalah sifat yang berkaitan dengan kemampuan zat tersebut untuk bereaksi membentuk zat lain. Perubahan kimia dapat ditandai dengan adanya perubahan suhu, timbulnya gas dan terjadinya endapan. (Kartimi, 2013)
Perubahan kimia adalah perubahan zat yang menyebabkan terjadinya zat jenis baru dan zat semula mengalami susunan kimianya. (Admin, 2011)
Ciri-ciri perubahan kimia yaitu: perubahan warna, perubahan suhu, pembentukan gas, pembentukan endapan. Perubahan kimia dalam kehidupan sehari-hari contohnya: pembakaran, pengaratan (korosi), pembusukkan, fermentasi, pemasakan, fotosintesis, pengenziman. (Luci, 2013)
Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya, korosi hanya menyerang logam. Factor-faktor yang mempengaruhi korosi yaitu ada dua; yang pertama yang berasal dari bahan itu sendiri meliputi (kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk Kristal dll), yang kedua berasal dari lingkungan meliputi (tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat kimia yang bersifat korosif). (Nur, 2011)

C.     Alat dan Bahan
Alat:
Kapas 1 gumpal                                              paku 2 buah
Kaca arloji 1 buah                                           gelas kimia 2 buah
Tabung reaksi 1 buah                                      pipet tetes 1 buah
Serbuk besi secukupya                                   
Bahan:
Cuka 100 ml                                                    NaOH 1 keping

D.    Prosedur Kerja
Percobaan 1
a.       Disiapkan kapas dan sebuah paku.
b.      Dibalutlah kapas dan paku tersebut lalu ditetesi cuka dengan menggunakan pipet tetes dan disimpan dikaca arloji.
c.       Diamati dan dicatat hasil pengamatannya.
Percobaan 2
a.       Disiapkan satu buah gelas kimia yang bersih.
b.      Larutan cuka sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam gelas kimia.
c.       Paku dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi cuka.
d.      Diamati dan dicatat hasilnya.
Percobaan 3
a.       Disiapkan gelas kimia, cuka dan serbuk besi.
b.      Cuka dan serbuk besi dimasukkan ke dalam gelas kimia.
c.       Diamati dan dicatat hasilnya.
Percobaan 4
a.       Disiapkan dua tabung reaksi.
b.      Larutan besi asetat (percobaan c) dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1.
c.       NaOH dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2.
d.      Tabung reaksi 1 ditambahkan 20 tetes NaOH.
e.       Amati dan catat hasil pengamatannya.

E.     Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan Perubahan Kimia
No.
Bahan
Keadaan awal
Keadaan akhir
1.
Cuka + paku
Paku mengkilap

Tidak mengkilap seperti awal, terdapat gelembung dan terdapat karat sedikit. Pada paku yang dilapisi kapaspun terdapat karat sedikit.
2.
Cuka + serbuk besi
Cuka keruh yang disebabkan oleh serbuk besi.
Keruh, banyak endapan dan banyak gelembung.
3.
Besi asetat + NaOH
Keruh dan terdapat gelembung.
Jernih, sedikit gelembung, NaOh cepat larut, terdapat endapan seperti gel, terdapat perubahan suhu, endapan serbuk besi dan NaOH tidak menyatu.

F.      Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah saya lakukan, setelah paku bersentuhan dengan cuka tidak terbentuk zat baru akan tetapi setelah paku dibungkus dengan kapas dan ditetesi cuka dan didiamkan selama 20 menit yang terjadi paku menjadi sedikit berkarat di bagian atasnya. Namun saat paku direndam di dalam 50 ml cuka terjadi perubahan kimia seperti terdapat gelembung dan terdapat sedikit karat di bagian bawah paku. “Pengaratan (korosi) terjadi jika besi atau logam bereaksi dengan gas oksigen di udara yang mengandung uap air, air dapat mempercepat korosi”. (Luci, 2013)
Pada saat cuka dicampurkan ke dalam serbuk besi yang terjadi adalah terbentuknya endapan, warna menjadi keruh akibat serbuk besi dan terdapat gelembung.
Saat campuran besi + cuka tersebut di masukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan kepingan NaOH maka terbentuklah zat baru dan yang terjadi adalah perubahan suhu (itu disebabkan karena sifat NaOH jika dicampurkan denagn zat lain suhu akan berubah naik), endapan berlapis (antara endapan NaOH dan endapan besi asetat tidak dapat menyatu), endapan seperti gel jernih, sedikit gelembung dan NaOH cepat larut.
Ciri-ciri dari perubahan kimia itu sendiri adalah perubahan warna, perubahan suhu, pembentukan gas, pembentukan endapan. (Luci, 2013)

G.    Kesimpulan
Jadi setelah kita melaksanakan praktikum tentang pembuatan larutan dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Pada percobaan paku+cuka terdapat karat di paku tersebut itu menujukkan adanya perubahan kimia, karat itu disebabkan karena sifat cuka itu sendiri yang korosif terhadap besi.
2.      Pada percobaan besi asetat + NaOH terjadi perubahan suhu menjadi panas, NaOH cepat terlarut dalam besi asetat dan terjadi endapan yang terpisah antara endapan besi asetat dan endapan NaOH itu sendiri.














Daftar Pustaka

Dr. Kartimi, M.Pd, dkk. 2013. Buku Panduan Kimia Dasar, Biologi Umum dan Fisika Dasar. Cirebon: Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon.
Admin, 2011. Pengertian Perubahan Kimia. Id. Shvoong.com. diakses pada tanggal 23 November 2013, 03.09 AM.
Luci, 2013. Ciri-ciri perubahan kimia. Blogbelajar-pintar.blogspot.com. diakses pada tanggal 23 November 2013, 03.15 AM.

Nur awalia, 2011. Laporan Percobaan Korosi. Awalia-ramdhani.blogspot.com. diakses pada tanggal 23 November 2013, 03.22 AM.